Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pair GBP/JPY yang Menjadi Pair Populer Meskipin Bukan Major Pair

Pair GBP/JPY yang Menjadi Pair Populer Meskipin Bukan Major Pair

Pair GBP/JPY yang terdiri dari mata uang Pound Sterling Inggris (GBP) dan Yen Jepang (JPY) yang menjadi Cross-Pairs yang popular meskipun bukan Pair Mayor yang melibatkan USD secara langsung. Kali ini All About Forex akan menjelaskan seputar Pair GBP/JPY. Semoga dapat membantu Anda.


Pengertian Pair GBP/JPY

Pasangan mata uang GBP/JPY adalah pasangan mata uang yang menunjukkan nilai tukar antara Pound Sterling Inggris (GBP) dan Yen Jepang (JPY). Ini artinya, nilai satu Pound Sterling Inggris diukur dalam Yen Jepang. GBP/JPY merupakan salah satu pasangan mata uang cross yang populer, artinya ini bukan pasangan mata uang mayor yang melibatkan Dolar AS secara langsung.

Pengertian dan Fungsi Utama

  • Base Currency (Mata Uang Dasar): Pound Sterling (GBP) adalah mata uang dasar dalam pasangan ini. Artinya, harga yang ditampilkan adalah berapa banyak Yen Jepang yang diperlukan untuk membeli satu Pound Sterling.
  • Quote Currency (Mata Uang Kuotasi): Yen Jepang (JPY) adalah mata uang kuotasi. Ini adalah jumlah mata uang JPY yang dibutuhkan untuk membeli 1 GBP.

Contoh:

  • Jika nilai GBP/JPY adalah 150.50, ini berarti 1 Pound Sterling bernilai 150.50 Yen Jepang.

Karakteristik Pasangan GBP/JPY

  1. Volatilitas Tinggi: GBP/JPY dikenal sebagai pasangan mata uang dengan volatilitas yang cukup tinggi. Ini disebabkan oleh perbedaan kondisi ekonomi, kebijakan moneter, dan faktor lainnya antara Inggris dan Jepang.
  2. Berhubungan dengan Risiko Global: Yen Jepang sering dianggap sebagai mata uang safe haven (aset yang aman) selama masa ketidakpastian global, sedangkan GBP lebih terkait dengan sentimen risiko. Akibatnya, GBP/JPY sering dipengaruhi oleh pergeseran sentimen risiko di pasar global.
  3. Suku Bunga yang Berbeda: Jepang telah lama mempertahankan kebijakan suku bunga rendah atau bahkan negatif, sedangkan Inggris biasanya memiliki suku bunga yang lebih tinggi. Perbedaan ini bisa menciptakan peluang carry trade, di mana trader meminjam dalam mata uang suku bunga rendah (JPY) untuk berinvestasi di mata uang suku bunga lebih tinggi (GBP).

Faktor yang Mempengaruhi GBP/JPY

  1. Kebijakan Moneter: Keputusan suku bunga dari Bank of England (BoE) dan Bank of Japan (BoJ) sangat mempengaruhi GBP/JPY. Jika salah satu bank sentral menaikkan atau menurunkan suku bunga, ini dapat mempengaruhi arah pasangan mata uang.
  2. Ekonomi Inggris dan Jepang: Data ekonomi seperti pertumbuhan PDB, inflasi, dan tingkat pengangguran dari kedua negara sangat penting. Kondisi ekonomi yang kuat di Inggris cenderung memperkuat GBP, sementara data ekonomi positif di Jepang biasanya memperkuat JPY.
  3. Sentimen Risiko Global: Yen Jepang sering menguat ketika ketidakpastian global meningkat (safe haven), seperti selama resesi ekonomi atau ketegangan geopolitik. Di sisi lain, GBP cenderung lebih rentan terhadap ketidakpastian ekonomi dan politik.
  4. Perkembangan Politik: Peristiwa politik seperti Brexit di Inggris atau kebijakan perdagangan di Asia dapat berdampak besar pada GBP/JPY. Ketidakstabilan politik biasanya menyebabkan volatilitas di pasar mata uang ini.


Karakteristik Pair GBP/JPY

Pasangan mata uang GBP/JPY memiliki sejumlah karakteristik unik yang membedakannya dari pasangan mata uang lainnya, terutama dalam hal volatilitas, korelasi dengan pasar lain, serta sensitivitas terhadap sentimen risiko global. Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari pasangan GBP/JPY:

1. Volatilitas Tinggi

  • GBP/JPY dikenal dengan volatilitasnya yang tinggi. Ini berarti bahwa pergerakan harga pasangan ini cenderung lebih besar dibandingkan pasangan mata uang lainnya, seperti EUR/USD atau USD/JPY. Volatilitas yang tinggi ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk perbedaan kebijakan ekonomi dan moneter antara Inggris dan Jepang, serta sensitivitas Yen Jepang terhadap sentimen risiko global.
  • Karena volatilitasnya yang tinggi, pasangan ini sering menarik bagi trader yang mencari peluang trading jangka pendek dan scalping, namun juga bisa berisiko karena fluktuasi harga yang cepat.

2. Dipengaruhi oleh Sentimen Risiko Global

  • Yen Jepang (JPY) sering dianggap sebagai safe haven dalam kondisi ketidakpastian global atau pasar yang bergejolak. Ini berarti bahwa selama masa krisis ekonomi, ketidakpastian geopolitik, atau penurunan pasar saham, JPY cenderung menguat karena investor memindahkan aset mereka ke instrumen yang lebih aman.
  • Pound Sterling (GBP), di sisi lain, lebih terkait dengan aset berisiko. Oleh karena itu, GBP/JPY sering menunjukkan pergerakan signifikan yang mencerminkan perubahan sentimen risiko global. Jika sentimen risiko global memburuk, GBP biasanya melemah dan JPY menguat, menyebabkan penurunan pada GBP/JPY, dan sebaliknya.

3. Dipengaruhi oleh Suku Bunga yang Berbeda

  • Bank of England (BoE) cenderung memiliki kebijakan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan Bank of Japan (BoJ), yang telah lama mempertahankan suku bunga rendah atau negatif. Perbedaan ini memberikan peluang bagi carry trade, di mana investor meminjam dalam JPY (karena suku bunga rendah) untuk diinvestasikan di aset yang menghasilkan suku bunga lebih tinggi seperti GBP.
  • Setiap perubahan kebijakan moneter dari BoE atau BoJ, seperti kenaikan atau penurunan suku bunga, dapat memiliki dampak signifikan terhadap pergerakan GBP/JPY.

4. Pengaruh Peristiwa Ekonomi dan Politik

  • GBP sangat dipengaruhi oleh berita dan peristiwa ekonomi atau politik di Inggris. Data ekonomi seperti PDB, inflasi, angka pengangguran, dan kebijakan fiskal, serta peristiwa politik seperti Brexit, dapat menyebabkan fluktuasi signifikan pada GBP/JPY.
  • JPY lebih dipengaruhi oleh faktor makroekonomi global dan kondisi ekonomi di Jepang, namun berita dari pasar global, termasuk hubungan dagang Asia, juga dapat mempengaruhi pasangan ini.

5. Pasangan Mata Uang Cross

  • GBP/JPY adalah pasangan mata uang cross, artinya tidak melibatkan USD. Ini berarti bahwa fluktuasi nilai tukar GBP/JPY sering kali tidak langsung terpengaruh oleh kekuatan atau kelemahan Dolar AS. Namun, perubahan signifikan pada pasangan mata uang mayor seperti USD/JPY dan GBP/USD bisa memberikan dampak tidak langsung pada GBP/JPY.

6. Pergerakan Harian yang Besar

  • Pasangan ini dikenal memiliki range harian yang besar, artinya harga dapat berfluktuasi dalam rentang yang cukup lebar dalam satu hari perdagangan. Ini membuat GBP/JPY menarik bagi trader yang mencari peluang dari pergerakan harga harian yang cepat.

7. Korelasi dengan Pasar Ekuitas

  • JPY sering berkorelasi negatif dengan pasar saham global. Ketika pasar saham mengalami penurunan, JPY cenderung menguat karena investor mengalihkan aset mereka ke instrumen yang lebih aman, dan sebaliknya. Oleh karena itu, GBP/JPY bisa bergerak seiring dengan perubahan dalam indeks ekuitas, terutama indeks seperti Nikkei 225 di Jepang dan FTSE 100 di Inggris.

8. Sensitivitas terhadap Data Ekonomi Jepang

  • Selain data ekonomi Inggris, GBP/JPY juga sangat sensitif terhadap laporan ekonomi Jepang. Data seperti angka pertumbuhan ekonomi, inflasi, serta kebijakan moneter Bank of Japan memengaruhi nilai tukar Yen, yang kemudian berdampak pada pasangan GBP/JPY.

9. Waktu Perdagangan Aktif

  • GBP/JPY memiliki volume perdagangan yang tinggi selama sesi perdagangan Eropa dan Asia, karena Inggris dan Jepang adalah pusat keuangan yang besar. Volatilitas cenderung meningkat selama waktu-waktu tersebut, terutama ketika data ekonomi utama dirilis.

10. Likuiditas

  • GBP/JPY memiliki tingkat likuiditas yang lebih rendah dibandingkan dengan pasangan mayor seperti EUR/USD atau USD/JPY. Meskipun likuiditasnya masih cukup tinggi untuk sebagian besar trader, fluktuasi harga yang lebih tajam dapat terjadi dalam kondisi pasar yang tidak likuid, terutama di luar jam perdagangan utama.


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi GBP/JPY

Pasangan mata uang GBP/JPY dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi, politik, dan global yang mempengaruhi nilai Pound Sterling Inggris (GBP) dan Yen Jepang (JPY). Berikut adalah faktor-faktor utama yang memengaruhi pergerakan GBP/JPY:

1. Kebijakan Moneter dari Bank Sentral

  • Bank of England (BoE) dan Bank of Japan (BoJ) memainkan peran penting dalam menentukan arah GBP/JPY. Kebijakan suku bunga, program pelonggaran kuantitatif (QE), serta komentar dari pejabat bank sentral memengaruhi sentimen pasar.
    • Suku bunga Inggris: Jika Bank of England menaikkan suku bunga, Pound biasanya menguat terhadap Yen, karena suku bunga yang lebih tinggi menarik investor.
    • Suku bunga Jepang: Jepang memiliki suku bunga yang sangat rendah atau bahkan negatif. Jika Bank of Japan mengindikasikan bahwa mereka akan mempertahankan kebijakan ini, Yen dapat melemah, sementara kebijakan yang lebih ketat bisa memperkuat Yen.

2. Data Ekonomi Inggris dan Jepang

  • Data ekonomi seperti pertumbuhan PDB, inflasi, dan angka pengangguran dari Inggris dan Jepang mempengaruhi pergerakan GBP/JPY.
    • Data ekonomi Inggris: Angka PDB yang kuat, inflasi yang tinggi, atau penurunan tingkat pengangguran dapat memperkuat GBP karena menunjukkan ekonomi yang sehat.
    • Data ekonomi Jepang: Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang lambat di Jepang atau inflasi rendah cenderung melemahkan JPY. Namun, Yen sering kali menguat selama ketidakpastian global sebagai safe haven, meskipun data domestik negatif.

3. Sentimen Risiko Global

  • Yen Jepang sering dianggap sebagai mata uang safe haven, yang berarti investor beralih ke Yen selama masa ketidakpastian global, seperti ketegangan geopolitik, krisis ekonomi, atau penurunan pasar saham.
    • Ketika sentimen risiko global menurun, seperti selama resesi atau konflik geopolitik, Yen cenderung menguat terhadap Pound Sterling.
    • Sentimen risiko positif cenderung mendukung GBP, karena Pound lebih dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi global dan risiko yang lebih tinggi.

4. Peristiwa Politik

  • Peristiwa politik memiliki dampak signifikan pada pasangan mata uang GBP/JPY.
    • Di Inggris, peristiwa seperti Brexit, pemilu, atau kebijakan pemerintah mengenai perdagangan dan ekonomi dapat menyebabkan fluktuasi besar pada Pound.
    • Di Jepang, stabilitas politik biasanya lebih terjaga, tetapi keputusan pemerintah terkait perdagangan atau hubungan dengan negara-negara besar seperti AS dan China juga dapat mempengaruhi Yen.

5. Pasar Ekuitas

  • Korelasi dengan pasar saham global: Yen Jepang sering kali memiliki hubungan terbalik dengan pasar ekuitas global. Ketika pasar saham, seperti Nikkei 225 atau FTSE 100, turun, Yen sering kali menguat karena investor mencari keamanan. Sebaliknya, jika pasar saham naik, GBP/JPY cenderung naik, karena investor keluar dari aset safe haven seperti Yen.
  • Kebijakan ekonomi global juga mempengaruhi hubungan antara Yen dan pasar ekuitas. Ketika stimulus besar-besaran dilakukan oleh pemerintah dan bank sentral, pasar saham cenderung naik, dan JPY sering melemah.

6. Harga Komoditas

  • Harga minyak dan komoditas global lainnya dapat mempengaruhi GBP/JPY secara tidak langsung.
    • Jepang adalah importir energi besar, dan kenaikan harga minyak sering kali berdampak negatif pada ekonomi Jepang karena meningkatkan biaya impor. Ini dapat melemahkan Yen terhadap Pound.
    • Sebaliknya, jika harga energi turun, Jepang dapat memperoleh keuntungan dari pengurangan biaya impor, yang dapat memperkuat Yen.

7. Carry Trade

  • Carry trade adalah salah satu faktor penting dalam pasangan GBP/JPY karena perbedaan suku bunga antara Inggris dan Jepang. Investor sering kali meminjam dalam JPY (dengan suku bunga rendah) untuk membeli aset dengan yield lebih tinggi, seperti GBP.
    • Jika ada peningkatan dalam suku bunga Inggris atau kebijakan moneter yang ketat, carry trade cenderung menguatkan GBP terhadap JPY. Sebaliknya, jika suku bunga di Jepang naik atau sentimen risiko global meningkat, carry trade bisa berbalik, yang menyebabkan pelemahan GBP/JPY.

8. Intervensi Mata Uang

  • Intervensi Bank of Japan (BoJ): Yen terkadang menghadapi intervensi dari BoJ jika JPY menguat terlalu cepat, yang bisa merugikan ekspor Jepang. Intervensi ini dapat menyebabkan pelemahan Yen mendadak dan pergerakan cepat pada GBP/JPY.
  • Di Inggris, Bank of England lebih jarang melakukan intervensi langsung di pasar mata uang, namun tetap berpengaruh melalui kebijakan moneter.

9. Suku Bunga Obligasi dan Yield

  • Obligasi pemerintah Inggris dan Jepang mempengaruhi pergerakan GBP/JPY, terutama perbedaan yield antara obligasi gilt Inggris dan JGB (Japanese Government Bonds).
    • Jika yield obligasi Inggris lebih tinggi daripada Jepang, GBP cenderung menguat karena investor asing mencari imbal hasil yang lebih baik.
    • Sebaliknya, jika yield Jepang naik (meskipun biasanya sangat rendah), Yen dapat menarik minat dan menguat terhadap GBP.

10. Kondisi Pasar Global

  • Kondisi makroekonomi global, seperti resesi atau pertumbuhan ekonomi yang lambat, berdampak pada GBP/JPY. Yen cenderung menguat selama masa ketidakpastian ekonomi global, sementara Pound biasanya lebih dipengaruhi oleh tren ekonomi yang berkembang.
  • Perang dagang, terutama antara negara-negara besar seperti AS dan China, juga dapat memengaruhi Yen karena statusnya sebagai safe haven.


Korelasi dengan Pasar Saham dan Obligasi

Pasangan mata uang GBP/JPY memiliki hubungan yang erat dengan pasar saham dan obligasi global, terutama karena Yen Jepang (JPY) sering berperan sebagai mata uang safe haven. Berikut adalah penjelasan tentang korelasi antara GBP/JPY dengan pasar saham dan obligasi:

1. Korelasi GBP/JPY dengan Pasar Saham

Yen Jepang dikenal sebagai mata uang yang berkorelasi negatif dengan pasar saham global, terutama karena investor cenderung membeli Yen saat terjadi penurunan di pasar saham sebagai bentuk perlindungan. Di sisi lain, Pound Sterling (GBP) lebih dipengaruhi oleh sentimen risiko global dan sering kali menguat saat pasar saham dalam kondisi positif.

  • Sentimen Risiko Global: Ketika pasar saham global, seperti Nikkei 225 (Jepang), FTSE 100 (Inggris), atau indeks besar lainnya naik, investor cenderung menjauh dari aset safe haven seperti Yen, yang menyebabkan JPY melemah dan pasangan GBP/JPY cenderung naik. Sebaliknya, ketika pasar saham mengalami penurunan, Yen akan menguat karena investor mencari aset yang aman, menyebabkan penurunan pada GBP/JPY.
  • Hubungan Yen dengan Saham Jepang: Karena Jepang adalah negara eksportir utama, nilai tukar Yen sangat dipengaruhi oleh ekspor. Jika Yen menguat terlalu banyak (karena permintaan safe haven), ini bisa merugikan eksportir Jepang dan menyebabkan penurunan di pasar saham Jepang (Nikkei 225). Penurunan pasar saham Jepang ini sering kali menyebabkan pelemahan Yen, sehingga pasangan GBP/JPY bisa naik dalam jangka panjang jika pasar saham pulih.
  • Carry Trade dan Pasar Saham: Carry trade, yang melibatkan pinjaman dalam mata uang dengan suku bunga rendah (seperti Yen) dan investasi di aset yang lebih berisiko (seperti saham atau obligasi dengan yield tinggi), sangat mempengaruhi GBP/JPY. Saat pasar saham naik dan investor melakukan carry trade, mereka cenderung menjual Yen dan membeli GBP, menyebabkan GBP/JPY naik. Sebaliknya, ketika pasar saham turun, carry trade berkurang, dan Yen menguat, yang menurunkan GBP/JPY.

2. Korelasi GBP/JPY dengan Pasar Obligasi

Pasar obligasi juga memainkan peran penting dalam pergerakan GBP/JPY, terutama terkait dengan perbedaan yield antara obligasi pemerintah Inggris (gilt) dan obligasi pemerintah Jepang (JGB).

  • Yield Obligasi: Perbedaan antara yield obligasi Inggris dan JGB (Japanese Government Bonds) sangat mempengaruhi GBP/JPY. Jika yield obligasi Inggris naik lebih tinggi dari JGB, investor cenderung membeli obligasi Inggris yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi, yang memperkuat Pound Sterling dan mendorong naiknya GBP/JPY. Sebaliknya, jika yield JGB naik atau yield obligasi Inggris turun, Yen bisa menguat, menekan GBP/JPY turun.
  • Kebijakan Moneter: Bank sentral dari kedua negara, yaitu Bank of England (BoE) dan Bank of Japan (BoJ), mempengaruhi yield obligasi melalui kebijakan suku bunga. BoJ telah lama mempertahankan kebijakan suku bunga rendah atau negatif, sementara BoE biasanya memiliki suku bunga yang lebih tinggi. Perbedaan kebijakan ini mendorong carry trade di GBP/JPY. Jika BoE menaikkan suku bunga, Pound cenderung menguat, sementara jika BoJ melakukan langkah serupa atau mengisyaratkan kenaikan suku bunga, Yen bisa menguat dan GBP/JPY turun.

3. Pengaruh Intervensi Bank Sentral dan Kebijakan Fiskal

  • Intervensi Bank of Japan (BoJ): Kadang-kadang, Bank of Japan melakukan intervensi untuk mencegah Yen menguat terlalu cepat karena hal ini bisa membahayakan sektor ekspor Jepang. Jika BoJ melakukan intervensi untuk melemahkan Yen, GBP/JPY dapat melonjak.
  • Kebijakan fiskal Inggris dan Jepang: Kebijakan ekonomi di kedua negara juga mempengaruhi yield obligasi dan nilai tukar. Misalnya, jika pemerintah Inggris menerapkan kebijakan stimulus besar-besaran, ini bisa mendorong kenaikan yield obligasi Inggris dan memperkuat GBP, yang berdampak positif pada GBP/JPY.

4. Korelasi dengan Pasar Ekuitas Global

  • Nikkei 225 (Jepang): GBP/JPY sering memiliki korelasi dengan Nikkei 225, indeks saham Jepang. Ketika Nikkei naik, Yen cenderung melemah karena investor merasa lebih optimis terhadap risiko, dan GBP/JPY cenderung naik. Sebaliknya, ketika Nikkei jatuh, Yen cenderung menguat, menyebabkan GBP/JPY turun.
  • FTSE 100 (Inggris): Meski korelasi antara GBP/JPY dan FTSE 100 tidak sekuat dengan Nikkei, data ekonomi dan pergerakan saham di Inggris tetap dapat mempengaruhi GBP/JPY. Jika FTSE 100 naik karena data ekonomi yang baik, GBP cenderung menguat, yang dapat mendorong kenaikan GBP/JPY.


Waktu Terbaik untuk Trading GBP/JPY

Waktu terbaik untuk trading pasangan mata uang GBP/JPY bergantung pada beberapa faktor, termasuk volatilitas pasar, sesi perdagangan global, dan strategi trading yang Anda gunakan. Pasangan ini cenderung lebih aktif pada waktu-waktu tertentu ketika pasar di Inggris (GBP) dan Jepang (JPY) tumpang tindih atau ketika data ekonomi penting dirilis. Berikut adalah beberapa waktu terbaik untuk trading GBP/JPY:

1. Sesi London (08:00 - 16:00 GMT)

  • Sesi London adalah waktu yang sangat penting untuk trading GBP/JPY, karena Pound Sterling (GBP) terkait erat dengan jam perdagangan di Inggris.
  • Volatilitas biasanya meningkat selama sesi ini, terutama ketika ada rilis data ekonomi penting dari Inggris, seperti laporan inflasi, suku bunga, atau angka PDB.
  • Banyak trader lebih memilih trading pada sesi ini karena likuiditas yang tinggi dan pergerakan harga yang cepat.

2. Sesi Tokyo (00:00 - 08:00 GMT)

  • Sesi Tokyo mencakup jam perdagangan di Jepang, sehingga sangat relevan bagi Yen Jepang (JPY).
  • Aktivitas pasar Yen meningkat selama sesi ini, dan GBP/JPY cenderung lebih aktif saat ada pengumuman ekonomi dari Jepang atau kebijakan dari Bank of Japan (BoJ).
  • Meskipun volatilitas biasanya lebih rendah dibandingkan dengan sesi London, sesi Tokyo tetap menawarkan peluang trading, terutama bagi mereka yang berfokus pada berita ekonomi dari Jepang.

3. Overlap Sesi London dan Tokyo (07:00 - 08:00 GMT)

  • Ada waktu singkat ketika sesi London dan sesi Tokyo tumpang tindih, sekitar satu jam. Ini adalah waktu yang menarik untuk trading GBP/JPY, karena kedua mata uang aktif dalam jam perdagangan ini.
  • Volatilitas bisa meningkat karena likuiditas dari kedua pasar, dan pergerakan harga GBP/JPY sering kali lebih signifikan selama periode ini.

4. Sesi New York (13:00 - 21:00 GMT)

  • Sesi New York tidak secara langsung melibatkan GBP atau JPY, tetapi selama overlap antara sesi London dan New York (13:00 - 16:00 GMT), ada peningkatan volatilitas karena likuiditas tambahan dari pasar Amerika.
  • Sesi ini dapat menjadi waktu yang menarik untuk trading GBP/JPY, terutama ketika ada berita ekonomi global yang mempengaruhi sentimen pasar secara luas, seperti data ekonomi AS yang dapat mempengaruhi Yen sebagai mata uang safe haven.

5. Overlap Sesi London dan New York (13:00 - 16:00 GMT)

  • Periode overlap antara sesi London dan New York adalah salah satu waktu paling likuid dan volatil untuk trading di pasar forex, termasuk GBP/JPY.
  • Trader sering memanfaatkan waktu ini karena volume perdagangan tinggi, pergerakan harga yang lebih jelas, dan peluang breakout atau reversal yang lebih sering terjadi.

6. Waktu Rilis Data Ekonomi Penting

  • Data Ekonomi Inggris: Rilis data dari Inggris seperti inflasi (CPI), PDB, laporan pekerjaan, atau keputusan suku bunga dari Bank of England sering kali mempengaruhi pergerakan GBP/JPY. Rilis ini biasanya terjadi pada jam-jam perdagangan London.
  • Data Ekonomi Jepang: Data seperti laporan suku bunga dari Bank of Japan (BoJ), keputusan moneter, atau laporan perdagangan Jepang sering memengaruhi JPY dan, secara langsung, GBP/JPY. Data ini biasanya dirilis selama sesi Tokyo.

7. Hari Terbaik dalam Seminggu untuk Trading GBP/JPY

  • Hari kerja pertengahan minggu, seperti Selasa, Rabu, dan Kamis, cenderung memiliki volatilitas yang lebih tinggi dibandingkan hari Senin atau Jumat.
  • Pada hari Senin, pasar forex sering kali mengalami kondisi konsolidasi atau volatilitas rendah karena trader dan investor sedang menyesuaikan posisi mereka untuk minggu tersebut.
  • Pada hari Jumat, volatilitas bisa meningkat pada paruh pertama sesi London, tetapi sering menurun di paruh kedua menjelang akhir pekan, karena pasar cenderung tenang dan likuiditas berkurang.

Faktor yang Perlu Dipertimbangkan:

  • Strategi Trading: Jika Anda menggunakan strategi scalping atau day trading, waktu terbaik adalah saat volatilitas tinggi, seperti selama overlap sesi London-Tokyo atau London-New York. Untuk trader swing atau position trading, Anda mungkin lebih tertarik pada pergerakan harga jangka panjang dan memilih waktu-waktu rilis data ekonomi atau peristiwa besar yang dapat memicu perubahan tren.
  • Berita dan Peristiwa Geopolitik: Kejadian tak terduga seperti keputusan moneter, perubahan kebijakan politik, atau berita ekonomi global dapat menyebabkan lonjakan volatilitas kapan saja. Trader harus selalu waspada terhadap kalender ekonomi dan berita pasar.


Strategi Trading GBP/JPY

Strategi trading GBP/JPY dapat bervariasi tergantung pada gaya trading, toleransi risiko, dan analisis teknis atau fundamental yang digunakan. GBP/JPY adalah pasangan mata uang yang volatil karena menggabungkan Pound Sterling yang lebih sensitif terhadap sentimen risiko global dan Yen Jepang yang sering diperlakukan sebagai mata uang safe haven. Berikut adalah beberapa strategi trading yang umum diterapkan dalam trading GBP/JPY:

1. Strategi Breakout

Strategi breakout memanfaatkan pergerakan harga yang tajam setelah GBP/JPY menembus level support atau resistance penting. Karena GBP/JPY sering bergerak dalam pola yang volatil, breakout bisa menghasilkan peluang profit yang besar.

  • Identifikasi Support dan Resistance: Tentukan level support dan resistance yang kuat dari pergerakan harga sebelumnya, terutama pada time frame yang lebih besar seperti H1, H4, atau Daily.
  • Trading Saat Harga Breakout: Jika harga menembus resistance, trader dapat mengambil posisi buy, dan jika harga menembus support, trader bisa membuka posisi sell.
  • Konfirmasi Breakout: Gunakan indikator tambahan seperti volume atau momentum oscillator (misalnya, RSI atau MACD) untuk memastikan bahwa breakout tersebut valid.

2. Carry Trade

Strategi carry trade adalah strategi jangka panjang yang melibatkan memanfaatkan perbedaan suku bunga antara dua mata uang. GBP/JPY sering menjadi pasangan populer untuk carry trade karena perbedaan suku bunga yang signifikan antara Bank of England (BoE) dan Bank of Japan (BoJ).

  • Pilih Posisi yang Tepat: Jika suku bunga Inggris lebih tinggi daripada Jepang, trader bisa membuka posisi buy GBP/JPY untuk memanfaatkan perbedaan suku bunga positif dan memperoleh swap rate positif (bunga yang diterima).
  • Toleransi Risiko Jangka Panjang: Strategi ini lebih cocok untuk trader jangka panjang yang bersedia menahan posisi dalam waktu yang cukup lama.

3. Strategi Reversal (Pembalikan Tren)

Strategi reversal berfokus pada mengidentifikasi kapan tren GBP/JPY akan berbalik arah. GBP/JPY sering kali mengalami pembalikan tren yang signifikan setelah tren yang kuat.

  • Gunakan Indikator Pembalikan: Indikator seperti RSI (Relative Strength Index) atau Stochastic Oscillator dapat membantu mengidentifikasi overbought atau oversold, yang merupakan tanda pembalikan tren.
  • Candlestick Patterns: Pola candlestick seperti Doji, Hammer, atau Shooting Star sering memberikan sinyal pembalikan tren. Amati pola ini di level support atau resistance penting untuk konfirmasi.

4. Strategi Range Trading

Strategi ini bekerja dengan baik saat GBP/JPY berada dalam kondisi sideways, yaitu ketika harga bergerak dalam kisaran yang jelas antara support dan resistance.

  • Tentukan Batas Range: Identifikasi support dan resistance yang kuat pada chart. Batas range ini akan menjadi dasar pengambilan posisi.
  • Beli di Support, Jual di Resistance: Jika harga mendekati level support, buka posisi buy dengan target di resistance. Sebaliknya, jika harga mendekati resistance, buka posisi sell dengan target di support.
  • Konfirmasi Range dengan Indikator: Indikator seperti Bollinger Bands atau ADX (Average Directional Index) dapat membantu mengidentifikasi apakah pasar sedang dalam kondisi range atau tren.

5. Strategi Moving Average Crossover

Strategi ini melibatkan penggunaan dua atau lebih moving averages untuk mengidentifikasi perubahan tren di GBP/JPY.

  • Gunakan Moving Average Berbeda: Misalnya, gunakan Moving Average (MA) 50 dan MA 200. Ketika MA jangka pendek (MA 50) melintasi di atas MA jangka panjang (MA 200), ini memberi sinyal buy (bullish crossover). Sebaliknya, ketika MA jangka pendek melintasi di bawah MA jangka panjang, ini memberi sinyal sell (bearish crossover).
  • Kombinasi dengan Indikator Momentum: Anda bisa menggabungkan moving averages dengan indikator RSI atau MACD untuk mendapatkan konfirmasi lebih lanjut tentang kekuatan tren.

6. Strategi Trend Following

Trend following adalah strategi sederhana yang mengikuti arah tren yang ada, baik tren naik atau turun.

  • Identifikasi Tren dengan Price Action: Gunakan time frame lebih besar, seperti H4 atau Daily, untuk mengidentifikasi tren utama. Pada tren naik, cari posisi buy, dan pada tren turun, cari posisi sell.
  • Gunakan Indikator Tren: Indikator seperti MACD, Parabolic SAR, atau Ichimoku Cloud sangat baik untuk mengidentifikasi kekuatan tren dan memberikan sinyal entri atau exit.

7. Strategi Trading Berbasis Volatilitas (Volatility Trading)

GBP/JPY dikenal sebagai pasangan yang volatil, sehingga strategi berbasis volatilitas cocok untuk trading pasangan ini.

  • Gunakan Indikator Volatilitas: Indikator seperti ATR (Average True Range) atau Bollinger Bands dapat membantu mengukur tingkat volatilitas. Ketika volatilitas meningkat (misalnya, saat ATR tinggi), GBP/JPY biasanya menunjukkan pergerakan besar.
  • Trading Saat Breakout Volatilitas: Saat volatilitas meningkat, biasanya terjadi breakout signifikan. Trader bisa mencari kesempatan untuk membuka posisi setelah volatilitas terkonfirmasi.

8. Scalping GBP/JPY

Scalping adalah strategi yang berfokus pada mengambil keuntungan kecil dari pergerakan harga jangka pendek. Pasangan GBP/JPY yang volatil dan likuid sering kali memberikan banyak peluang untuk scalper.

  • Gunakan Time Frame Kecil: Time frame 1 menit hingga 5 menit biasanya digunakan oleh scalper untuk mencari pergerakan harga cepat.
  • Gunakan Indikator Teknis: Scalper biasanya menggunakan kombinasi indikator seperti Stochastic Oscillator, Bollinger Bands, dan Moving Averages untuk menentukan entri dan exit.
  • Kelola Risiko: Karena scalping memerlukan frekuensi trading yang tinggi, manajemen risiko sangat penting. Stop-loss harus ketat dan ditetapkan pada setiap posisi.

9. Strategi Fundamental

Selain analisis teknis, berita ekonomi dan kebijakan moneter dari Bank of England (BoE) dan Bank of Japan (BoJ) sangat memengaruhi GBP/JPY. Strategi fundamental melibatkan trading berdasarkan data ekonomi atau perubahan kebijakan moneter yang signifikan.

  • Pantau Data Ekonomi: Rilis data seperti PDB, CPI (inflasi), atau laporan tenaga kerja dari Inggris dan Jepang dapat menyebabkan pergerakan besar di GBP/JPY. Memperdagangkan rilis berita ekonomi dapat menjadi sangat menguntungkan.
  • Keputusan Suku Bunga: Keputusan suku bunga dari BoE dan BoJ memiliki dampak besar pada pasangan ini. Trader dapat memanfaatkan perubahan suku bunga atau pernyataan kebijakan yang hawkish atau dovish dari kedua bank sentral untuk mengambil posisi.


Analisis Fundamental GBP/JPY

Analisis fundamental GBP/JPY adalah proses menganalisis berbagai faktor ekonomi, kebijakan moneter, dan kondisi global yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar antara Pound Sterling (GBP) dan Yen Jepang (JPY). Karena GBP/JPY melibatkan dua mata uang besar dari negara maju, analisis fundamental melibatkan pemahaman mendalam tentang ekonomi Inggris dan Jepang, serta dampak peristiwa global terhadap kedua mata uang tersebut.

Berikut adalah beberapa faktor fundamental penting yang memengaruhi GBP/JPY:

1. Kebijakan Moneter Bank Sentral

  • Bank of England (BoE): Suku bunga yang ditetapkan oleh BoE memainkan peran penting dalam menentukan kekuatan GBP. BoE dapat menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi, yang biasanya menguatkan GBP karena investor mencari keuntungan dari tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Sebaliknya, penurunan suku bunga dapat melemahkan GBP.
  • Bank of Japan (BoJ): Kebijakan moneter BoJ sangat penting bagi JPY. BoJ telah menjalankan kebijakan suku bunga rendah bahkan negatif untuk mendorong inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebijakan pelonggaran kuantitatif (QE) yang dilakukan oleh BoJ cenderung melemahkan Yen.
  • Dampak Suku Bunga: Jika BoE menaikkan suku bunga sementara BoJ tetap dengan suku bunga rendah, maka GBP/JPY kemungkinan akan menguat. Sebaliknya, jika BoE menurunkan suku bunga sementara BoJ tetap stabil, maka GBP/JPY bisa melemah.

2. Data Ekonomi Makro

Data ekonomi dari Inggris dan Jepang memengaruhi pergerakan GBP/JPY, terutama data-data berikut:

  • Produk Domestik Bruto (PDB): Angka pertumbuhan ekonomi di Inggris dan Jepang sangat penting. Pertumbuhan PDB yang kuat di Inggris akan mendukung GBP, sementara angka PDB yang lemah di Jepang bisa melemahkan JPY.
  • Inflasi (CPI): Inflasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi kebijakan suku bunga. BoE cenderung menaikkan suku bunga jika inflasi di Inggris melebihi targetnya, yang bisa menguatkan GBP.
  • Tingkat Pengangguran dan Data Tenaga Kerja: Data pekerjaan, termasuk tingkat pengangguran dan klaim pengangguran, memberikan wawasan tentang kesehatan ekonomi. Angka pengangguran yang rendah di Inggris cenderung memperkuat GBP karena menunjukkan perekonomian yang kuat.
  • Neraca Perdagangan: Data neraca perdagangan (ekspor dan impor) penting untuk GBP dan JPY. Jepang sering kali memiliki surplus perdagangan, yang bisa memperkuat JPY jika surplus tersebut meningkat.

3. Sentimen Risiko Global

JPY dikenal sebagai mata uang safe haven, yang berarti bahwa Yen cenderung menguat selama periode ketidakpastian global atau risiko pasar yang tinggi. Sebaliknya, GBP cenderung lebih sensitif terhadap perubahan sentimen risiko global.

  • Ketidakpastian Ekonomi atau Geopolitik: Dalam kondisi ketidakpastian global seperti krisis keuangan, perang dagang, atau ketegangan geopolitik, investor cenderung membeli aset yang lebih aman seperti Yen. Ini akan menyebabkan JPY menguat dan GBP/JPY turun.
  • Kondisi Ekonomi Global: Ketika ekonomi global tumbuh dengan baik, investor mungkin mengambil risiko lebih besar, yang bisa melemahkan Yen dan memperkuat GBP/JPY.

4. Peristiwa Politik

Keputusan politik yang diambil di Inggris atau Jepang dapat berdampak signifikan terhadap nilai tukar GBP/JPY.

  • Brexit: Proses Brexit memiliki dampak besar pada GBP selama bertahun-tahun. Ketidakpastian terkait dengan hubungan Inggris dengan Uni Eropa membuat GBP sangat volatil.
  • Pemilihan Umum: Hasil pemilihan umum atau perubahan dalam pemerintahan di Inggris dapat memengaruhi GBP. Kebijakan ekonomi dari partai yang berkuasa memainkan peran penting dalam memengaruhi sentimen pasar.

5. Perbedaan Suku Bunga (Interest Rate Differential)

Selisih antara suku bunga di Inggris dan Jepang adalah faktor fundamental penting yang memengaruhi GBP/JPY.

  • Jika suku bunga Inggris lebih tinggi daripada Jepang, ini akan menarik investor untuk memegang aset berdenominasi GBP, meningkatkan permintaan untuk GBP dan menguatkan GBP/JPY.
  • Jika suku bunga Jepang lebih rendah, JPY mungkin lebih lemah, yang mendukung posisi long GBP/JPY.

6. Harga Komoditas dan Energi

  • Harga Minyak: Jepang adalah negara yang sangat bergantung pada impor energi, terutama minyak. Jika harga minyak naik, hal ini dapat memperlemah Yen karena biaya impor energi Jepang meningkat. Sebaliknya, harga minyak yang rendah dapat mendukung JPY.
  • Emas: Yen cenderung bergerak bersamaan dengan harga emas, karena keduanya dianggap sebagai aset safe haven. Ketika harga emas naik, Yen cenderung menguat, dan sebaliknya.

7. Keseimbangan Perdagangan (Trade Balance)

  • Jepang sering kali memiliki surplus perdagangan yang kuat, sementara Inggris lebih sering mengalami defisit perdagangan. Jika defisit perdagangan Inggris melebar, hal ini dapat melemahkan GBP karena menunjukkan ketergantungan Inggris pada barang impor.
  • Jika surplus perdagangan Jepang meningkat, ini dapat memperkuat JPY, menyebabkan penurunan pada GBP/JPY.

8. Intervensi Mata Uang

BoJ kadang-kadang melakukan intervensi langsung di pasar valuta asing untuk mengendalikan kekuatan Yen, terutama jika nilai Yen menguat terlalu tajam dan mengancam ekspor Jepang. Intervensi semacam ini bisa menyebabkan perubahan mendadak dalam nilai GBP/JPY.

9. Hubungan Ekonomi Inggris dan Jepang

Hubungan perdagangan dan investasi antara Inggris dan Jepang juga penting. Kesepakatan perdagangan bilateral atau perubahan dalam hubungan perdagangan dapat memengaruhi pergerakan GBP/JPY. Sebagai contoh, jika Inggris menandatangani kesepakatan perdagangan yang menguntungkan dengan Jepang, hal ini dapat meningkatkan GBP.

10. Krisis Ekonomi Global

JPY dikenal sebagai aset safe haven, sehingga setiap krisis ekonomi global atau gejolak finansial dapat menyebabkan apresiasi Yen terhadap GBP. Sebaliknya, ketika pasar global stabil dan sentimen risiko meningkat, GBP/JPY cenderung naik karena permintaan terhadap Yen berkurang.


Analisis Teknikal GBP/JPY

Analisis teknikal GBP/JPY adalah metode yang digunakan oleh trader untuk memprediksi pergerakan harga pasangan mata uang Pound Sterling (GBP) dan Yen Jepang (JPY) dengan menganalisis data historis harga, volume perdagangan, dan indikator teknikal. Fokus dari analisis teknikal adalah pola pergerakan harga, level support dan resistance, serta sinyal dari indikator teknikal yang membantu mengidentifikasi peluang trading.

Berikut adalah beberapa konsep penting dalam analisis teknikal GBP/JPY:

1. Grafik Harga (Price Charts)

Grafik harga adalah alat dasar dalam analisis teknikal. Ada tiga jenis grafik yang umum digunakan:

  • Grafik Garis (Line Chart): Menampilkan harga penutupan setiap periode dan menghubungkannya dengan garis. Ini memberikan gambaran umum tren harga.
  • Grafik Batang (Bar Chart): Setiap batang menunjukkan harga pembukaan, tertinggi, terendah, dan penutupan (OHLC) dalam periode tertentu.
  • Grafik Lilin (Candlestick Chart): Setiap lilin menunjukkan rentang harga pembukaan, tertinggi, terendah, dan penutupan, serta membantu trader melihat pola pergerakan harga dengan lebih mudah.

Grafik candlestick adalah yang paling populer karena memberikan lebih banyak informasi visual tentang aksi harga, termasuk pola pembalikan dan kelanjutan tren.

2. Level Support dan Resistance

  • Support adalah level di mana harga cenderung berhenti jatuh dan mungkin berbalik arah. Pada level ini, permintaan (buyer) biasanya lebih kuat daripada tekanan jual (seller), sehingga menahan harga untuk jatuh lebih jauh.
  • Resistance adalah level di mana harga cenderung berhenti naik dan mungkin berbalik arah. Pada level ini, tekanan jual lebih kuat daripada permintaan, yang menyebabkan harga kesulitan untuk menembus lebih tinggi.

Menentukan level support dan resistance adalah langkah kunci dalam analisis teknikal karena dapat membantu trader mengidentifikasi titik masuk dan keluar yang potensial.

3. Tren Pasar (Market Trend)

Identifikasi tren merupakan salah satu elemen penting dalam analisis teknikal:

  • Uptrend: Harga terus membuat titik tertinggi yang lebih tinggi (higher highs) dan titik terendah yang lebih tinggi (higher lows). Dalam uptrend, trader lebih cenderung melakukan buy atau mencari peluang untuk masuk ke pasar dengan ekspektasi bahwa harga akan naik.
  • Downtrend: Harga terus membuat titik terendah yang lebih rendah (lower lows) dan titik tertinggi yang lebih rendah (lower highs). Dalam downtrend, trader cenderung melakukan sell atau mencari peluang short selling.
  • Sideways/Range-bound: Harga bergerak dalam kisaran sempit tanpa tren yang jelas, yaitu ketika harga berkonsolidasi antara support dan resistance.

4. Indikator Teknis (Technical Indicators)

Indikator teknikal digunakan untuk mengkonfirmasi tren, mengukur momentum, volatilitas, dan mendeteksi pembalikan tren. Beberapa indikator yang umum digunakan dalam analisis GBP/JPY antara lain:

a. Moving Averages (MA)

  • Simple Moving Average (SMA) dan Exponential Moving Average (EMA) membantu dalam mengidentifikasi arah tren dengan menyaring fluktuasi harga jangka pendek.
  • Crossing MA: Ketika SMA/EMA jangka pendek melintasi SMA/EMA jangka panjang, ini bisa menjadi sinyal pembalikan tren. Misalnya, jika EMA 50 melintasi di atas EMA 200, ini adalah sinyal bullish (golden cross), sedangkan jika melintasi di bawah, itu adalah sinyal bearish (death cross).

b. Relative Strength Index (RSI)

RSI adalah indikator momentum yang mengukur apakah pasangan mata uang overbought atau oversold. Nilai di atas 70 dianggap overbought, dan nilai di bawah 30 dianggap oversold. Ketika GBP/JPY berada di area overbought, trader dapat bersiap untuk sell, dan ketika berada di area oversold, trader dapat mencari peluang buy.

c. Bollinger Bands

Indikator ini mengukur volatilitas pasar dengan menampilkan pita atas dan bawah di sekitar moving average. Ketika harga mendekati pita atas, pasangan mata uang mungkin overbought, dan ketika mendekati pita bawah, bisa jadi oversold. Penggunaan Bollinger Bands seringkali dikombinasikan dengan pola pembalikan atau sinyal dari indikator lain.

d. MACD (Moving Average Convergence Divergence)

MACD membantu mengidentifikasi perubahan dalam kekuatan, arah, dan durasi tren. Ketika garis MACD melintasi garis sinyal dari bawah ke atas, ini adalah sinyal bullish, sedangkan ketika melintasi dari atas ke bawah, ini adalah sinyal bearish. Trader menggunakan MACD untuk konfirmasi sinyal tren.

e. Stochastic Oscillator

Indikator ini mirip dengan RSI, namun lebih sensitif terhadap perubahan harga. Stochastic menunjukkan kapan pasar berada di kondisi overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20). Ketika GBP/JPY oversold, ada potensi pembalikan ke atas, dan ketika overbought, ada potensi pembalikan ke bawah.

5. Pola Candlestick (Candlestick Patterns)

Pola candlestick memberikan sinyal visual tentang perubahan momentum di pasar dan potensi pembalikan atau kelanjutan tren.

  • Pola Pembalikan: Pola seperti Doji, Hammer, Engulfing, dan Morning Star sering menandakan pembalikan tren. Sebagai contoh, setelah tren turun, pola Hammer mungkin mengindikasikan potensi pembalikan naik.
  • Pola Kelanjutan: Pola seperti Flags, Triangles, dan Pennants mengindikasikan kelanjutan dari tren saat ini.

6. Volume Perdagangan

Volume adalah salah satu konfirmasi tren yang penting dalam analisis teknikal. Ketika harga GBP/JPY naik atau turun disertai dengan volume yang tinggi, itu menandakan bahwa tren tersebut kuat dan memiliki dukungan. Sebaliknya, pergerakan harga yang besar dengan volume rendah sering dianggap lemah dan berisiko mengalami pembalikan.

7. Fibonacci Retracement

Alat Fibonacci digunakan untuk menemukan level support dan resistance potensial berdasarkan urutan angka Fibonacci. Retracement level seperti 38.2%, 50%, dan 61.8% sering kali digunakan untuk mengidentifikasi area di mana harga mungkin mengalami pembalikan atau konsolidasi setelah tren yang kuat.

8. Breakout dan False Breakout

  • Breakout terjadi ketika harga menembus level support atau resistance yang signifikan. Trader sering kali masuk ke pasar setelah breakout terjadi, dengan harapan harga akan bergerak lebih jauh ke arah breakout.
  • False Breakout adalah situasi di mana harga tampak menembus level support atau resistance, namun kembali lagi ke dalam kisaran setelah breakout. Ini dapat menyebabkan kerugian bagi trader yang terlalu dini masuk setelah breakout.

9. Korelasi Pasar Lain

GBP/JPY memiliki korelasi dengan pasar lain, termasuk indeks saham global dan komoditas. Karena JPY adalah mata uang safe haven, pasangan ini cenderung memiliki hubungan negatif dengan aset berisiko seperti indeks saham. Saat indeks saham global jatuh, investor sering beralih ke Yen, yang menyebabkan GBP/JPY turun.

10. Time Frame

Dalam analisis teknikal, time frame yang digunakan sangat penting. Trader harian mungkin menggunakan grafik 1 menit hingga 1 jam untuk melakukan scalping, sementara swing trader menggunakan grafik harian atau mingguan untuk melihat gambaran besar. Pemilihan time frame harus disesuaikan dengan gaya trading dan tujuan analisis.


Risiko Trading GBP/JPY

Trading pasangan mata uang GBP/JPY melibatkan sejumlah risiko yang perlu dipahami oleh para trader. Pasangan ini dikenal dengan volatilitasnya yang tinggi, yang dapat memberikan peluang keuntungan besar, tetapi juga risiko kerugian yang signifikan. Berikut adalah penjelasan tentang risiko yang terkait dengan trading GBP/JPY:

1. Volatilitas Tinggi

Pasangan GBP/JPY dikenal sebagai salah satu pasangan mata uang yang paling volatil. Volatilitas ini disebabkan oleh dua faktor utama:

  • GBP (Pound Sterling) sering dipengaruhi oleh perkembangan politik dan ekonomi di Inggris, seperti kebijakan moneter, perubahan pemerintahan, dan perkembangan Brexit.
  • JPY (Yen Jepang) adalah mata uang safe haven yang sangat sensitif terhadap sentimen risiko global. Ketika terjadi ketidakpastian di pasar global, Yen sering kali menguat, sehingga menyebabkan fluktuasi besar dalam pasangan ini.

Akibat volatilitas ini, harga GBP/JPY dapat berayun dengan cepat dalam waktu singkat, meningkatkan risiko kerugian bagi trader yang tidak siap dengan perubahan tersebut.

2. Risiko Suku Bunga

Suku bunga yang ditetapkan oleh Bank of England (BoE) dan Bank of Japan (BoJ) mempengaruhi pergerakan GBP/JPY secara signifikan. Perubahan kebijakan suku bunga dapat mengakibatkan perubahan besar pada arus modal ke dan dari negara tersebut. Jika salah satu bank sentral menaikkan suku bunga, sementara yang lain mempertahankan suku bunga rendah, pergerakan GBP/JPY bisa sangat fluktuatif.

Selain itu, pernyataan dari bank sentral tentang prospek suku bunga di masa depan juga dapat memicu pergerakan harga yang tajam, sehingga menciptakan risiko bagi trader yang terjebak di posisi yang salah.

3. Pengaruh Sentimen Pasar Global

JPY sering dianggap sebagai mata uang safe haven, yang berarti bahwa ketika ada ketidakpastian ekonomi atau politik global, Yen cenderung menguat. Pasangan GBP/JPY sangat dipengaruhi oleh sentimen risiko global:

  • Situasi geopolitik seperti perang atau ketegangan internasional dapat membuat Yen menguat, sehingga menyebabkan GBP/JPY turun tajam.
  • Krisis ekonomi global juga bisa memicu perpindahan aset ke Yen, yang mengurangi permintaan terhadap GBP.

Ketika sentimen pasar global berubah secara tiba-tiba, pasangan GBP/JPY dapat bergerak secara drastis dan tidak terduga, yang meningkatkan risiko trading.

4. Pengaruh Ekonomi Makro

Perbedaan kondisi ekonomi di Inggris dan Jepang memainkan peran besar dalam mempengaruhi pergerakan GBP/JPY. Beberapa risiko terkait faktor makroekonomi meliputi:

  • Inflasi: Tingkat inflasi yang tinggi di Inggris dapat menyebabkan depresiasi GBP jika inflasi lebih tinggi dari yang diharapkan oleh pasar.
  • Pertumbuhan ekonomi: Jika ekonomi Jepang menunjukkan tanda-tanda perlambatan, ini bisa menyebabkan Yen melemah, tetapi jika Inggris juga berada dalam kondisi resesi, pasangan mata uang ini bisa menjadi sulit diprediksi.
  • Data ekonomi penting seperti angka pengangguran, PDB, dan data produksi industri dapat menyebabkan pergerakan harga yang cepat dan tidak terduga.

5. Risiko Politik

Keputusan politik, baik di Inggris maupun di Jepang, dapat sangat memengaruhi pergerakan GBP/JPY. Beberapa risiko politik yang dapat mempengaruhi pasangan ini termasuk:

  • Brexit: Walaupun Inggris telah keluar dari Uni Eropa, dampak Brexit terhadap ekonomi dan politik Inggris masih terus dirasakan. Setiap perkembangan yang tidak terduga terkait hubungan perdagangan antara Inggris dan Eropa dapat menyebabkan volatilitas pada GBP/JPY.
  • Pemilu atau perubahan kebijakan: Pergantian pemerintahan atau kebijakan ekonomi yang signifikan di Inggris atau Jepang dapat memicu fluktuasi besar dalam pasangan mata uang ini.

6. Risiko Likuiditas

GBP/JPY adalah pasangan mata uang yang aktif diperdagangkan, tetapi pada jam-jam tertentu, terutama di luar jam perdagangan utama di London dan Tokyo, likuiditas dapat menurun. Ketika likuiditas rendah, pergerakan harga bisa menjadi lebih tajam dan spread antara harga bid dan ask bisa melebar, yang meningkatkan biaya trading dan risiko slippage (terjadi eksekusi pada harga yang berbeda dari yang diharapkan).

7. Risiko Mata Uang Safe Haven

JPY dikenal sebagai mata uang safe haven, yang berarti bahwa permintaan Yen meningkat ketika ada ketidakpastian global. Ini dapat menyebabkan Yen menguat secara tiba-tiba, bahkan ketika data ekonomi Jepang tidak mendukung hal ini. Akibatnya, posisi trading GBP/JPY dapat dengan cepat bergerak ke arah yang berlawanan dengan ekspektasi trader jika terjadi pergantian cepat dalam sentimen pasar.

8. Risiko Leverage

Penggunaan leverage dalam trading GBP/JPY dapat meningkatkan potensi keuntungan, tetapi juga dapat memperbesar kerugian. Dengan leverage, trader dapat mengontrol posisi yang jauh lebih besar daripada modal yang dimiliki. Namun, jika harga bergerak berlawanan dengan posisi trader, kerugian dapat melebihi modal awal, terutama pada pasangan volatil seperti GBP/JPY.

9. Risiko Gap Harga

Gap harga dapat terjadi ketika ada peristiwa penting selama akhir pekan atau di luar jam perdagangan normal, yang menyebabkan perbedaan besar antara harga penutupan dan pembukaan. Gap ini dapat menyebabkan trader mengalami kerugian jika mereka memiliki posisi terbuka saat gap terjadi. GBP/JPY cenderung mengalami gap terutama setelah rilis data ekonomi atau pengumuman penting selama akhir pekan.

10. Risiko Psikologis

Volatilitas tinggi dalam GBP/JPY dapat memengaruhi psikologi trader. Pergerakan harga yang cepat dan tajam dapat membuat trader merasa cemas, takut, atau terlalu percaya diri, yang dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang tidak rasional. Risiko psikologis ini dapat menyebabkan overtrading atau panic selling/buying, yang berpotensi mengakibatkan kerugian.

Strategi Mengelola Risiko

Untuk mengelola risiko dalam trading GBP/JPY, trader dapat menerapkan beberapa strategi:

  • Penggunaan Stop Loss: Menetapkan stop loss adalah langkah penting untuk membatasi kerugian jika harga bergerak melawan posisi yang diambil.
  • Posisi yang Terukur: Menghindari penggunaan leverage yang terlalu besar dan menyesuaikan ukuran posisi dengan toleransi risiko.
  • Manajemen Emosi: Tetap tenang dan tidak terbawa emosi saat harga bergerak liar. Mengikuti rencana trading yang disiplin.
  • Diversifikasi: Jangan menaruh semua modal pada satu posisi atau instrumen. Diversifikasi portofolio dapat membantu mengurangi risiko keseluruhan.


Manajemen Risiko dalam Trading GBP/JPY

Manajemen risiko dalam trading GBP/JPY sangat penting mengingat pasangan mata uang ini dikenal memiliki volatilitas yang tinggi. Mengelola risiko dengan baik dapat membantu trader mengurangi kerugian dan menjaga keberlanjutan akun trading mereka. Berikut adalah beberapa prinsip dan teknik manajemen risiko yang dapat diterapkan saat trading GBP/JPY:

1. Tetapkan Stop Loss

Stop loss adalah instruksi untuk menutup posisi secara otomatis ketika harga mencapai tingkat kerugian tertentu. Ini adalah cara yang efektif untuk membatasi kerugian dalam situasi yang tidak diinginkan, terutama saat volatilitas tinggi seperti pada GBP/JPY.

  • Kapan menggunakan stop loss?: Selalu gunakan stop loss pada setiap trade untuk melindungi modal Anda dari pergerakan pasar yang tajam.
  • Penentuan tingkat stop loss: Stop loss sebaiknya ditempatkan berdasarkan level support atau resistance penting, atau pada jumlah kerugian yang siap ditanggung sesuai dengan strategi manajemen risiko.

2. Gunakan Leverage Secara Bijak

Leverage memungkinkan trader untuk mengendalikan posisi besar dengan modal kecil, tetapi juga memperbesar risiko. GBP/JPY cenderung bergerak dengan cepat dan leverage tinggi dapat memperbesar kerugian jika harga bergerak berlawanan.

  • Gunakan leverage rendah: Sebaiknya hindari menggunakan leverage yang terlalu tinggi pada pasangan yang volatil seperti GBP/JPY. Leverage 1:10 atau 1:20 mungkin lebih aman dibandingkan leverage yang sangat besar seperti 1:100 atau lebih tinggi.
  • Sesuaikan ukuran posisi: Pastikan ukuran posisi sesuai dengan modal dan toleransi risiko Anda. Jangan menempatkan posisi yang terlalu besar sehingga satu pergerakan besar bisa merugikan akun Anda secara signifikan.

3. Batasi Risiko per Trade

Menetapkan batas risiko untuk setiap trade adalah komponen penting dari manajemen risiko. Trader yang sukses biasanya hanya bersedia mengambil risiko 1-3% dari total modal mereka pada setiap trade.

  • Cara menentukan risiko per trade: Jika Anda memiliki akun dengan $10,000, dan Anda ingin mengambil risiko maksimal 2% per trade, artinya Anda hanya siap kehilangan $200 pada setiap posisi yang diambil.
  • Hitung risiko berdasarkan jarak stop loss: Sesuaikan ukuran posisi Anda dengan jarak stop loss yang Anda tentukan. Misalnya, jika jarak stop loss adalah 50 pips, pastikan ukuran posisi Anda tidak terlalu besar sehingga kerugian yang dihasilkan lebih dari batas yang sudah ditetapkan.

4. Diversifikasi Posisi Trading

Diversifikasi adalah cara untuk menyebarkan risiko Anda di berbagai aset atau pasangan mata uang, sehingga Anda tidak bergantung sepenuhnya pada satu posisi. Untuk trading GBP/JPY, Anda dapat:

  • Tidak menempatkan semua modal pada GBP/JPY: Diversifikasi ke pasangan mata uang lainnya seperti EUR/USD, USD/JPY, atau komoditas lain yang tidak berkorelasi langsung dengan GBP/JPY.
  • Hindari overexposure pada mata uang terkait: Jika Anda sudah memiliki posisi pada pasangan mata uang yang berkorelasi erat dengan GBP atau JPY, pastikan Anda tidak membuka posisi terlalu besar pada GBP/JPY yang bisa meningkatkan risiko.

5. Hindari Overtrading

Pasangan GBP/JPY sering kali bergerak secara tajam, yang dapat memancing trader untuk melakukan overtrading, yaitu membuka terlalu banyak posisi dalam waktu singkat. Overtrading dapat menyebabkan keputusan trading yang emosional dan berujung pada kerugian besar.

  • Tetap disiplin dengan rencana trading: Buat rencana trading yang jelas dan patuhi aturan tersebut. Hindari membuka posisi baru hanya karena merasa kehilangan kesempatan sebelumnya.
  • Batasi jumlah trade per hari: Tentukan batasan jumlah trade harian atau mingguan untuk mencegah overtrading. Ini juga membantu menjaga mental dan emosi trader tetap stabil.

6. Pahami Kondisi Pasar

GBP/JPY seringkali dipengaruhi oleh berita ekonomi dan politik dari Inggris dan Jepang, serta sentimen global. Memahami kondisi pasar saat ini dapat membantu trader menghindari situasi yang berisiko tinggi.

  • Perhatikan berita ekonomi penting: Data ekonomi seperti suku bunga, inflasi, dan PDB dari Inggris dan Jepang dapat mempengaruhi GBP/JPY. Selain itu, pernyataan dari Bank of England (BoE) dan Bank of Japan (BoJ) dapat memicu pergerakan besar.
  • Hindari trading saat volatilitas ekstrem: Saat ada pengumuman penting atau peristiwa geopolitik, volatilitas GBP/JPY bisa sangat tinggi. Jika Anda tidak siap untuk menghadapi risiko tambahan, lebih baik menghindari trading selama periode ini.

7. Gunakan Trailing Stop

Trailing stop adalah jenis stop loss yang bergerak secara otomatis mengikuti pergerakan harga yang menguntungkan. Fungsinya adalah untuk mengunci keuntungan jika harga terus bergerak sesuai prediksi, tetapi tetap melindungi posisi jika pasar berbalik arah.

  • Gunakan trailing stop pada pergerakan besar: Jika harga bergerak tajam ke arah yang Anda harapkan, trailing stop dapat membantu mengamankan profit tanpa harus terus mengawasi pasar.

8. Manajemen Psikologi Trading

Psikologi trading sangat penting, terutama dalam menghadapi volatilitas tinggi GBP/JPY. Pergerakan tajam bisa membuat trader panik atau terlalu percaya diri, yang berisiko menyebabkan keputusan yang buruk.

  • Tetap tenang dan disiplin: Jangan biarkan emosi mempengaruhi keputusan trading. Tetap patuhi rencana trading dan jangan terburu-buru membuka atau menutup posisi berdasarkan reaksi spontan.
  • Jangan terlalu rakus: Jangan tergoda untuk memperbesar posisi hanya karena beberapa trade sebelumnya berhasil. Keuntungan besar bisa berisiko jika tidak diimbangi dengan pengendalian diri.

9. Gunakan Analisis Teknis dan Fundamental

Manajemen risiko tidak hanya tentang pengelolaan uang, tetapi juga tentang pengambilan keputusan yang baik berdasarkan analisis pasar.

  • Analisis teknis: Gunakan indikator seperti moving average, RSI, atau Bollinger Bands untuk membantu mengidentifikasi level entry dan exit yang potensial.
  • Analisis fundamental: Pahami data ekonomi dan kebijakan moneter yang mempengaruhi GBP dan JPY, serta sentimen pasar global. Ini membantu menghindari trading melawan tren pasar utama.

10. Rencana Trading yang Jelas

Memiliki rencana trading yang jelas adalah salah satu cara terbaik untuk mengelola risiko. Rencana ini harus mencakup:

  • Target keuntungan dan kerugian: Tetapkan target yang realistis untuk profit dan toleransi kerugian sebelum memulai trade.
  • Strategi entry dan exit: Tentukan kapan Anda akan masuk atau keluar dari trade berdasarkan analisis teknikal atau fundamental.
  • Batasan risiko: Tentukan batasan risiko harian atau mingguan, dan berhenti trading jika batas ini tercapai.


Pengaruh Suku Bunga pada GBP/JPY

Suku bunga memiliki pengaruh besar pada pasangan mata uang GBP/JPY karena keduanya sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank sentral masing-masing, yaitu Bank of England (BoE) dan Bank of Japan (BoJ). Kebijakan suku bunga memengaruhi daya tarik relatif dari kedua mata uang ini dan dapat menciptakan fluktuasi signifikan dalam nilai tukarnya. Berikut penjelasan tentang pengaruh suku bunga terhadap pasangan GBP/JPY:

1. Kebijakan Suku Bunga dan Arah Pergerakan Mata Uang

  • Peningkatan Suku Bunga: Ketika bank sentral menaikkan suku bunga, mata uang negara tersebut cenderung menguat. Ini karena suku bunga yang lebih tinggi memberikan imbal hasil yang lebih besar bagi investor yang memegang aset dalam mata uang tersebut, sehingga meningkatkan permintaan untuk mata uang itu.
    • Jika BoE menaikkan suku bunga, GBP kemungkinan akan menguat terhadap JPY karena investor lebih tertarik untuk memegang aset berbasis pound sterling (GBP) yang memberikan imbal hasil lebih tinggi.
    • Sebaliknya, jika BoJ tetap mempertahankan suku bunga rendah (karena Jepang cenderung mempertahankan suku bunga yang sangat rendah atau bahkan negatif), JPY bisa melemah terhadap GBP, meningkatkan nilai tukar GBP/JPY.

  • Penurunan Suku Bunga: Sebaliknya, penurunan suku bunga cenderung melemahkan mata uang. Investor akan mencari mata uang lain yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi, sehingga menurunkan permintaan untuk mata uang tersebut.
    • Jika BoE memotong suku bunga, maka GBP mungkin akan melemah terhadap JPY, karena daya tarik imbal hasil berkurang.
    • Jika BoJ memotong suku bunga (meskipun sudah rendah), ini bisa lebih memperlemah JPY, menyebabkan GBP/JPY naik.

2. Carry Trade

GBP/JPY merupakan salah satu pasangan mata uang yang populer untuk carry trade, yaitu strategi di mana trader meminjam dalam mata uang dengan suku bunga rendah (JPY) dan berinvestasi dalam mata uang dengan suku bunga lebih tinggi (GBP). Pasangan ini sering digunakan dalam carry trade karena:

  • Suku bunga di Jepang umumnya sangat rendah, bahkan negatif, membuatnya murah untuk meminjam dalam yen.
  • Jika suku bunga di Inggris lebih tinggi, ini memberikan peluang untuk mendapatkan imbal hasil dari perbedaan suku bunga antara kedua negara.

Carry trade akan lebih menguntungkan jika ada perbedaan besar antara suku bunga Inggris dan Jepang. Namun, perubahan kebijakan suku bunga dapat mempengaruhi posisi carry trade ini. Jika BoE menaikkan suku bunga, strategi carry trade menjadi lebih menarik, dan GBP/JPY cenderung menguat. Jika BoJ menaikkan suku bunga, maka daya tarik carry trade berkurang, dan GBP/JPY bisa melemah.

3. Ekspektasi Suku Bunga dan Volatilitas GBP/JPY

Tidak hanya perubahan aktual dalam suku bunga yang mempengaruhi GBP/JPY, tetapi juga ekspektasi terkait perubahan suku bunga dapat menciptakan volatilitas. Pasar sering bereaksi terhadap komentar atau panduan ke depan dari bank sentral mengenai arah kebijakan moneter.

  • Jika pasar memperkirakan kenaikan suku bunga dari BoE, investor mungkin mulai membeli GBP sebelumnya, sehingga GBP/JPY naik.
  • Sebaliknya, jika BoE menunjukkan sikap dovish dan pasar memperkirakan pemotongan suku bunga atau penundaan kenaikan, GBP bisa melemah, dan GBP/JPY bisa turun.

4. Perbedaan Kebijakan Moneter BoE dan BoJ

  • Bank of England (BoE): BoE cenderung lebih aktif dalam mengubah suku bunga untuk mengontrol inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi. Inflasi tinggi atau pertumbuhan ekonomi yang kuat dapat mendorong BoE untuk menaikkan suku bunga, yang dapat memperkuat GBP.
  • Bank of Japan (BoJ): BoJ telah lama mempertahankan kebijakan moneter yang sangat longgar, dengan suku bunga sangat rendah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan mengatasi deflasi. Hal ini membuat JPY cenderung lebih lemah dibandingkan mata uang lainnya dalam jangka panjang.

Ketika kedua bank sentral ini mengambil pendekatan kebijakan yang berbeda, itu menciptakan peluang pergerakan signifikan dalam pasangan GBP/JPY.

5. Dampak Pasar Obligasi

Suku bunga juga memengaruhi pasar obligasi, yang pada gilirannya dapat berdampak pada GBP/JPY. Imbal hasil obligasi di Inggris dan Jepang dapat dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap suku bunga.

  • Imbal hasil obligasi yang lebih tinggi di Inggris karena suku bunga yang lebih tinggi cenderung menarik aliran modal ke Inggris, yang memperkuat GBP.
  • Imbal hasil obligasi rendah di Jepang membuat JPY kurang menarik bagi investor internasional, sehingga JPY bisa melemah.

6. Suku Bunga Negatif Jepang dan Dampaknya pada GBP/JPY

Jepang telah lama memiliki kebijakan suku bunga negatif atau mendekati nol, yang membuat mata uang JPY cenderung menjadi mata uang funding (untuk dipinjam). Ini memberikan dampak besar pada perdagangan GBP/JPY, terutama dalam kondisi di mana suku bunga di Inggris lebih tinggi, menarik aliran investasi masuk ke GBP.

7. Kebijakan Moneter Global dan GBP/JPY

Selain faktor domestik, kebijakan moneter global juga dapat mempengaruhi GBP/JPY. Misalnya, jika bank sentral besar lainnya seperti Federal Reserve atau European Central Bank menaikkan atau menurunkan suku bunga, itu dapat mempengaruhi sentimen risiko global, yang mempengaruhi GBP dan JPY.

  • Suku bunga yang lebih tinggi di AS dapat membuat dolar lebih menarik daripada pound sterling atau yen, yang bisa mempengaruhi aliran modal dari kedua negara tersebut.
  • Sentimen risiko global: JPY sering dianggap sebagai safe-haven currency, sehingga dalam kondisi ketidakpastian ekonomi global, JPY cenderung menguat meskipun suku bunganya rendah, sementara GBP bisa melemah karena lebih sensitif terhadap risiko.


Pasangan Safe Haven vs Mata Uang Berisiko

Pasangan mata uang GBP/JPY termasuk dalam kategori yang sering kali menggabungkan mata uang berisiko (GBP) dengan mata uang safe haven (JPY), sehingga pergerakannya sering kali mencerminkan perubahan sentimen risiko global. Berikut penjelasan mengenai peran GBP dan JPY dalam konteks mata uang berisiko vs safe haven, serta bagaimana ini mempengaruhi pasangan GBP/JPY:

1. Mata Uang Safe Haven: JPY

  • Yen Jepang (JPY) dikenal sebagai salah satu mata uang safe haven. Dalam kondisi ketidakpastian ekonomi global atau krisis finansial, yen sering kali menguat karena dianggap sebagai tempat yang relatif aman untuk menyimpan kekayaan. Ada beberapa alasan mengapa yen dianggap safe haven:
    • Suku bunga rendah atau negatif: Jepang telah lama mempertahankan suku bunga sangat rendah bahkan negatif, yang membuat yen kurang menarik sebagai aset investasi, tetapi menarik dalam kondisi krisis karena stabilitas ekonomi Jepang.
    • Posisi net creditor: Jepang memiliki surplus neraca pembayaran yang besar, dan penduduknya banyak berinvestasi di luar negeri. Dalam kondisi krisis, terjadi repatriasi (pemulangan modal) yang meningkatkan permintaan yen, mendorong penguatan yen.

  • JPY Menguat Saat Risiko Global Meningkat: Ketika pasar global sedang dalam kondisi tidak pasti, seperti adanya ancaman resesi, ketidakpastian geopolitik, atau gejolak pasar saham, investor cenderung membeli aset safe haven seperti yen. Ini menyebabkan JPY menguat terhadap mata uang yang dianggap lebih berisiko seperti GBP.

2. Mata Uang Berisiko: GBP

  • Pound Sterling (GBP) sering dikategorikan sebagai mata uang berisiko karena lebih rentan terhadap perubahan sentimen risiko global, terutama karena ketergantungannya pada kondisi ekonomi Inggris dan Eropa.
    • Ketergantungan pada sektor keuangan: Perekonomian Inggris sangat bergantung pada sektor keuangan global, yang membuatnya lebih sensitif terhadap perubahan dalam pasar internasional.
    • Volatilitas Brexit: Meskipun sudah beberapa tahun sejak Inggris keluar dari Uni Eropa, dampak dari Brexit masih bisa mempengaruhi GBP. Ketidakpastian tentang hubungan perdagangan dengan Eropa dan dunia bisa menciptakan volatilitas dalam pound.

  • GBP Melemah Saat Risiko Global Meningkat: Saat sentimen risiko global negatif (contohnya, saat terjadi ketegangan geopolitik atau krisis keuangan), GBP cenderung melemah karena investor menghindari aset berisiko dan lebih memilih mata uang safe haven seperti yen. Pada saat yang sama, dalam kondisi pasar yang stabil, GBP cenderung menguat karena investor mencari aset berisiko dengan potensi imbal hasil lebih tinggi.

3. Sentimen Risiko dan Pengaruhnya terhadap GBP/JPY

Karena karakteristik ini, GBP/JPY menjadi sangat sensitif terhadap perubahan sentimen risiko global:

  • Dalam Kondisi Risk-On (ketika investor merasa optimis dan memiliki keinginan untuk mengambil risiko):
    • Investor cenderung menjual JPY (mata uang safe haven) dan membeli GBP (mata uang berisiko).
    • GBP/JPY cenderung menguat karena adanya aliran modal masuk ke aset berisiko.

  • Dalam Kondisi Risk-Off (ketika ada ketidakpastian atau ketakutan di pasar):
    • Investor cenderung membeli JPY dan menjual GBP.
    • GBP/JPY cenderung melemah karena adanya aliran modal keluar dari aset berisiko menuju aset safe haven seperti yen.

4. Carry Trade dengan GBP/JPY

Pasangan GBP/JPY juga populer untuk carry trade, di mana trader meminjam dalam mata uang dengan suku bunga rendah (JPY) untuk berinvestasi dalam mata uang dengan suku bunga lebih tinggi (GBP). Dalam strategi carry trade:

  • Risk-On: Investor cenderung melakukan carry trade ketika kondisi pasar stabil atau optimis. Mereka akan meminjam yen (karena suku bunga rendah) dan membeli aset berbasis pound sterling (karena suku bunga lebih tinggi), menyebabkan GBP/JPY menguat.
  • Risk-Off: Namun, dalam kondisi pasar yang berisiko, carry trade cenderung dibalik. Investor akan menjual GBP dan membeli JPY untuk mengurangi eksposur risiko, yang menyebabkan GBP/JPY turun.

5. Faktor-Faktor Risiko yang Mempengaruhi GBP/JPY

Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan pergerakan besar dalam pasangan GBP/JPY:

  • Krisis Geopolitik: Ketegangan politik internasional, seperti perang atau ketidakstabilan di kawasan ekonomi utama, dapat menyebabkan lonjakan permintaan untuk yen, sementara pound cenderung tertekan.
  • Krisis Keuangan Global: Selama krisis keuangan global, investor akan berpindah ke aset safe haven seperti yen, yang menyebabkan GBP/JPY melemah.
  • Data Ekonomi Inggris dan Jepang: Laporan ekonomi yang kuat dari Inggris dapat mendukung penguatan GBP, sedangkan data ekonomi yang lemah dari Jepang dapat melemahkan JPY, dan sebaliknya.

6. Pasar Saham dan GBP/JPY

Pasangan GBP/JPY juga sering bergerak seiring dengan perubahan di pasar saham:

  • Hubungan Positif dengan Pasar Saham: Ketika pasar saham naik (kondisi risk-on), GBP/JPY cenderung naik karena investor beralih ke aset berisiko seperti saham dan mata uang berisiko.
  • Hubungan Negatif dengan Pasar Saham: Sebaliknya, ketika pasar saham jatuh (kondisi risk-off), GBP/JPY cenderung turun karena investor mengalihkan modal mereka ke aset safe haven seperti yen.

7. Tren Jangka Panjang GBP/JPY

Pergerakan jangka panjang GBP/JPY biasanya mencerminkan perubahan besar dalam kebijakan moneter atau ekonomi global. Misalnya, keputusan kebijakan suku bunga oleh Bank of England atau Bank of Japan dapat menciptakan tren yang signifikan dalam jangka panjang. Sementara itu, volatilitas jangka pendek sering disebabkan oleh perubahan sentimen risiko global.


Hubungan GBP/JPY dengan Cross-Pairs Lainnya

Hubungan antara pasangan mata uang GBP/JPY dan pasangan cross lainnya bisa dilihat melalui konsep korelasi dalam perdagangan forex. Korelasi menggambarkan bagaimana dua pasangan mata uang bergerak relatif satu sama lain. Berikut adalah penjelasan tentang hubungan antara GBP/JPY dengan beberapa pasangan cross pairs lainnya:

1. GBP/JPY dan EUR/JPY

  • GBP/JPY dan EUR/JPY sering kali memiliki korelasi positif yang cukup tinggi. Hal ini karena keduanya melibatkan yen Jepang (JPY) sebagai mata uang kuotasi, sehingga pergerakan JPY terhadap mata uang lain, seperti pound (GBP) dan euro (EUR), sering kali serupa.
  • Faktor penggerak JPY: Yen Jepang dipengaruhi oleh sentimen risiko global, seperti ketegangan geopolitik atau ketidakpastian ekonomi. Jika yen menguat terhadap mata uang mayor seperti euro dan pound, maka baik EUR/JPY maupun GBP/JPY cenderung melemah.
  • Perbedaan GBP dan EUR: Meski ada korelasi positif, GBP/JPY bisa bergerak berbeda dengan EUR/JPY karena kondisi ekonomi Inggris dan Eropa yang berbeda. Misalnya, dampak Brexit lebih berpengaruh pada GBP/JPY daripada EUR/JPY.

2. GBP/JPY dan USD/JPY

  • USD/JPY merupakan pasangan yang sangat berpengaruh dalam menentukan arah JPY secara keseluruhan, karena dolar AS (USD) adalah mata uang global yang dominan.
  • Korelasi GBP/JPY dan USD/JPY biasanya juga positif, karena kedua pasangan sama-sama dipengaruhi oleh pergerakan yen terhadap sentimen risiko global. Ketika ada sentimen risk-off, yen biasanya menguat terhadap dolar AS maupun pound sterling, sehingga USD/JPY dan GBP/JPY cenderung melemah bersama-sama.
  • Faktor penggerak USD: Meskipun begitu, USD/JPY sering kali lebih dipengaruhi oleh kebijakan moneter AS dan data ekonomi AS, yang bisa membuat pergerakannya berbeda dari GBP/JPY, terutama ketika ada kebijakan Federal Reserve yang mempengaruhi dolar AS.

3. GBP/JPY dan GBP/USD

  • GBP/JPY dan GBP/USD memiliki hubungan yang erat karena keduanya melibatkan pound sterling (GBP) sebagai mata uang dasar. Pergerakan pound sering kali serupa pada kedua pasangan ini, terutama ketika ada berita ekonomi yang signifikan dari Inggris.
  • Korelasi positif: Ketika GBP menguat terhadap USD, GBP/JPY juga sering menguat, asalkan JPY tidak bergerak terlalu kuat terhadap GBP. Namun, jika yen menguat terhadap pound secara signifikan, GBP/JPY bisa bergerak lebih tajam dibandingkan GBP/USD.
  • Faktor penggerak USD: GBP/USD lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi USD, seperti data ekonomi AS atau kebijakan moneter Federal Reserve, sementara GBP/JPY lebih sensitif terhadap sentimen global dan JPY.

4. GBP/JPY dan EUR/GBP

  • GBP/JPY dan EUR/GBP sering memiliki korelasi negatif. Ini karena EUR/GBP mencerminkan kekuatan antara euro dan pound. Ketika euro menguat terhadap pound, EUR/GBP akan naik, sementara GBP/JPY mungkin akan melemah jika pound melemah terhadap yen.
  • Dinamika Euro dan Pound: Jika pound mengalami pelemahan terhadap euro (misalnya akibat data ekonomi negatif dari Inggris atau sentimen terkait Brexit), hal ini dapat menyebabkan pelemahan dalam GBP/JPY juga. Namun, jika EUR/GBP menguat karena euro lebih lemah daripada yen, maka GBP/JPY bisa tetap stabil.

5. GBP/JPY dan AUD/JPY

  • AUD/JPY dan GBP/JPY biasanya memiliki korelasi positif dalam pasar yang berorientasi pada risiko. Hal ini karena baik AUD maupun GBP dianggap sebagai mata uang yang lebih berisiko dibandingkan yen.
  • Sentimen risiko: Ketika ada sentimen risk-on, seperti meningkatnya harga komoditas atau sentimen ekonomi global yang positif, AUD/JPY dan GBP/JPY cenderung menguat karena investor menjual yen (safe haven) dan membeli AUD serta GBP (mata uang berisiko). Sebaliknya, dalam kondisi risk-off, seperti ketidakstabilan geopolitik atau ketidakpastian ekonomi, kedua pasangan ini cenderung melemah.
  • Perbedaan Ekonomi: Meskipun ada korelasi, GBP/JPY dan AUD/JPY bisa bergerak berbeda karena ekonomi Australia lebih tergantung pada komoditas, terutama hubungan dengan China, sedangkan GBP lebih tergantung pada ekonomi domestik Inggris dan hubungannya dengan Eropa.

6. GBP/JPY dan NZD/JPY

  • GBP/JPY dan NZD/JPY juga memiliki korelasi yang mirip dengan AUD/JPY. NZD (dolar Selandia Baru), seperti AUD, adalah mata uang berisiko yang cenderung menguat ketika sentimen pasar positif.
  • Korelasi positif: Dalam kondisi risk-on, investor cenderung menjual yen untuk membeli mata uang berisiko seperti NZD dan GBP, sehingga NZD/JPY dan GBP/JPY cenderung menguat bersamaan. Sebaliknya, dalam kondisi risk-off, kedua pasangan ini bisa melemah bersama.
  • Perbedaan faktor ekonomi: Namun, pergerakan GBP/JPY dan NZD/JPY juga dapat berbeda karena perbedaan dalam kondisi ekonomi di Inggris dan Selandia Baru. Misalnya, perubahan kebijakan suku bunga oleh Bank of England bisa mempengaruhi GBP/JPY lebih signifikan, sementara NZD/JPY lebih dipengaruhi oleh data ekonomi Selandia Baru dan kebijakan bank sentral mereka.

7. GBP/JPY dan CAD/JPY

  • CAD/JPY (dolar Kanada vs yen) dan GBP/JPY juga sering memiliki korelasi positif, terutama dalam sentimen risk-on. Namun, CAD lebih dipengaruhi oleh harga minyak, karena Kanada merupakan eksportir minyak utama.
  • Harga minyak dan CAD/JPY: Pergerakan harga minyak global dapat mempengaruhi CAD/JPY lebih kuat daripada GBP/JPY. Misalnya, ketika harga minyak naik, CAD/JPY cenderung menguat karena meningkatnya nilai dolar Kanada, sedangkan GBP/JPY mungkin tidak terpengaruh langsung oleh harga minyak.


Contoh Kasus Trading GBP/JPY

Berikut adalah contoh kasus trading pasangan mata uang GBP/JPY yang menggambarkan bagaimana strategi trading dapat diterapkan, analisis teknikal digunakan, serta risiko dan hasil yang diperoleh dari transaksi ini.

Kasus: Trading GBP/JPY Berdasarkan Breakout Support Level

Konteks Pasar

Trader memantau pasangan GBP/JPY dan menemukan bahwa pasangan mata uang ini telah diperdagangkan dalam kondisi sideway selama beberapa hari, membentuk level support yang kuat di sekitar 150.50 dan resistance di 152.00. Pasangan ini berkonsolidasi di antara dua level tersebut, dan trader menunggu terjadinya breakout dari salah satu level ini untuk membuka posisi.

Analisis Fundamental

  • Faktor Inggris (GBP): Bank of England (BoE) akan mengumumkan kebijakan suku bunga yang diantisipasi pasar. Jika BoE mengindikasikan suku bunga akan naik, GBP kemungkinan akan menguat.
  • Faktor Jepang (JPY): Data ekonomi dari Jepang menunjukkan inflasi yang rendah, dan Bank of Japan (BoJ) mempertahankan kebijakan moneter longgar, yang umumnya melemahkan yen.

Analisis Teknikal

  • Trader mengidentifikasi pola segitiga simetris di grafik harian (daily) GBP/JPY yang menunjukkan bahwa pasar dalam fase konsolidasi.
  • Indikator RSI menunjukkan bahwa pasar mendekati kondisi oversold pada level support 150.50.
  • Trader juga menggunakan moving averages (MA) 50 dan 200 hari untuk melihat arah tren. Saat itu, harga berada di bawah kedua moving averages, menunjukkan tren jangka pendek yang bearish.

Trader mengantisipasi kemungkinan breakout di bawah level support 150.50 karena adanya tekanan dari sentimen negatif terhadap GBP akibat ketidakpastian ekonomi di Inggris.

Strategi Trading

  • Rencana Entry: Trader memutuskan untuk membuka posisi sell di GBP/JPY setelah breakout di bawah level support 150.50.
    • Entry point: 150.30 (di bawah level support)
    • Stop loss: Ditempatkan di atas level support pada 151.00, untuk membatasi kerugian jika harga kembali naik di atas support.
    • Target profit: Trader menetapkan target profit pada 149.00, dengan harapan terjadi penurunan signifikan setelah breakout.

  • Manajemen Risiko: Trader menggunakan aturan risk/reward ratio 1:2, yang berarti bersedia mengambil risiko 70 pips (dari 150.30 ke 151.00) untuk target profit 130 pips (dari 150.30 ke 149.00).

Eksekusi Trade

Setelah breakout terjadi, harga menembus level support 150.50 dan turun hingga mencapai 150.30, level entry trader. Posisi sell dibuka. Selama beberapa jam berikutnya, GBP/JPY terus turun secara bertahap karena adanya arus jual yang kuat dari para pelaku pasar.

  • Harga turun hingga mencapai target profit 149.00 dalam waktu dua hari, di mana posisi ditutup secara otomatis sesuai dengan pengaturan take profit yang telah ditentukan sebelumnya.

Hasil Trade

  • Entry point: 150.30
  • Exit point: 149.00
  • Keuntungan: 130 pips
  • Risiko yang diambil: 70 pips

Dengan rasio risk/reward yang positif, trader berhasil menghasilkan keuntungan bersih tanpa terkena stop loss, dan target profit tercapai sesuai ekspektasi.

Pelajaran dari Kasus Ini:

  1. Breakout Trading: Breakout dari level support atau resistance dapat menjadi momen yang tepat untuk masuk ke pasar. Dalam kasus ini, penembusan di bawah support membuka peluang untuk short selling yang menguntungkan.
  2. Manajemen Risiko: Trader menggunakan stop loss untuk melindungi posisi jika breakout ternyata adalah false breakout. Dengan risk/reward ratio 1:2, risiko lebih kecil daripada potensi keuntungan.
  3. Kombinasi Analisis Fundamental dan Teknikal: Trader menggabungkan analisis fundamental (berita ekonomi terkait kebijakan bank sentral) dengan analisis teknikal (level support/resistance, RSI, moving averages) untuk mengidentifikasi peluang trading yang kuat.
  4. Volatilitas GBP/JPY: Pasangan GBP/JPY dikenal memiliki volatilitas yang tinggi, sehingga penting untuk menjaga manajemen risiko yang ketat. Walaupun trader dalam kasus ini mendapatkan keuntungan, volatilitas juga bisa berpotensi meningkatkan risiko jika tidak dikelola dengan baik.


Kesimpulan

Pasangan mata uang GBP/JPY menawarkan peluang trading menarik dengan volatilitas tinggi, dipengaruhi oleh faktor ekonomi, moneter, dan politik di Inggris dan Jepang. Trader perlu memahami berbagai faktor yang memengaruhi pergerakan harga, seperti kebijakan suku bunga, data ekonomi, dan sentimen risiko global.

Volatilitas tinggi pada GBP/JPY menjadikannya sensitif terhadap pergerakan pasar ekuitas dan kebijakan moneter, sehingga trader harus siap menghadapi fluktuasi harga yang tajam. Waktu trading terbaik adalah saat sesi London, Tokyo, dan overlap antara sesi London dan New York, serta saat rilis data ekonomi penting.

Analisis fundamental dan teknikal sangat penting untuk sukses dalam trading GBP/JPY, dengan manajemen risiko yang ketat diperlukan untuk mengatasi tantangan yang ada. Trader harus memperhatikan pergerakan sentimen pasar, suku bunga, dan kondisi global yang dapat mempengaruhi nilai tukar pasangan ini. Dengan strategi yang tepat dan disiplin dalam manajemen risiko, trader dapat memanfaatkan volatilitas GBP/JPY untuk meraih keuntungan.


Mungkin sudah cukup penjelasan ini disampaikan. Terima kasih Anda telah membaca “Pair GBP/JPY yang Menjadi Pair Populer Meskipin Bukan Major Pair”. Semoga dengan membaca artikel ini dapat membantu Anda. Salam Profit, All About Forex.

Posting Komentar untuk "Pair GBP/JPY yang Menjadi Pair Populer Meskipin Bukan Major Pair"